Ekonomi Dunia Di Ujung Tanduk, Dunia Perlu Tatanan Sistem Baru

Last Updated: 10 Agustus 2022By

 
Fokus Ekonomi Assalim.id
Oleh: Agan Salim

Assalim.id – Berdasarkan prediksi The International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia, akan ada 66 negara yang ekonominya akan ambruk dan sebanyak 320 juta penduduk dunia sudah mengalami kelaparan akut. Ungkap Presiden Jokowi di salah satu kesempatan (5/8/2022).

Sebelumnya, IMF juga telah menurunkan proyeksi ekonomi dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen pada 2022. Pada tahun depan akan lebih lemah lagi, dari 3,6 persen ke 2,9 persen dari sisi pertumbuhan ekonomi global.

Ini artinya, ekonomi global akan melemah. Sementara disisi yang lain, tekanan inflasi dunia justru meningkat. Seperti data yang di rilis IMF, tahun ini inflasi akan naik 6,6 persen di negara maju sementara di negara berkembang akan pada level 9,5 persen.

Bahkan menurut PBB yang diwakili oleh Sekjennya, Antonio Guterres, ekonomi dunia tahun ini mengalami kesulitan, sedangkan untuk tahun depan, malah gelap gulita.
 
Kondisi ekonomi dunia yang makin kelam ini terjadi sejatinya tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi kapitalisme sekularisme yang diterapkan, diadopsi dan dijadikan acuan dunia saat ini. Sistem yang berbasis ribawi, sarat spekulasi (gharar), dan berjalan culas sehingga berbuah ketimpangan dimana para pemilik modal semakin jaya sedangkan yang miskin makin merana dan terpinggirkan.

Fakta dan dampak nyata dari sistem ribawinya berakibat negara-negara dunia terjerat utang. Bahkan semakin lama alih-alih berkurang besaran utangnya malah semakin bertambah dan terus bertambah setiap tahunnya. Sri Lanka  salah satu contoh nyata terbaru bagaimana negara yang tumbang karena utang.

Sudah teramat jelas bahwa penerapan sistem ekonomi kapitalislah yang membuat ekonomi dunia saat ini porak-poranda dan diprediksi keambruknya tinggal menunggu waktu saja bila tetap terus diterapkan.

Pada titik kritis inilah, dunia perlu mencari sistem pengganti, yakni sebuah sistem aturan yang mampu membawa dunia pada kegemilangan. Sistem penganti tersebut haruslah sistem yang tidak berangkat dari hasil rekayasa pemikiran manusia. Tapi harus datang dari pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan.

Itulah sistem ekonomi Islam yang juga merupakan sistem kehidupan yang komprehensif.

Islam memiliki aturan kompleks dengan seperangkat aturan pemerintahan, politik, hukum, ekonomi, sosial, pergaulan, pendidikan, hingga sanksi. Bukti empiris mengambarkan dengan sangat jelas tinta emas keberhasilan sistem Islam dalam mengatur dunia. Selama kurun waktu 13 abad, sistem ekonomi Islam mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya. Ini bisa terwujud karena visi kesejahteraannya bukanlah berdasarkan pendapatan domestik bruto (PDB), tapi terpenuhinya kebutuhan seluruh masyarakat secara adil dan merata. Wallahu’alam.[]