Categories: Ulasan Utama

assalim

Share

 
Ulasan Utama Assalim.id
Oleh: Agan Salim
 
Assalim.id – Ekonomi dunia 2023 bakal menjadi tahun yang sangat menyeramkan. Dunia dalam bahaya, harga-harga yang meningkat akibat inflasi telah memicu krisis biaya hidup di berbagai negara. Perang yang tak kunjung usai membuat tekanan semakin besar bagi banyak negara.

Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat sepertiga ekonomi di dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Inflasi global diperkirakan melonjak hingga 8,8% pada 2022 dan 6,5% pada 2023.
 
Akibatnya, diperkirakan Jerman dan Italia akan tergelincir ke dalam resesi tahun depan, ekonomi Jerman akan menyusut 0,3%, sementara Italia akan berkontraksi 0,2%, Rusia juga akan masuk ke jurang resesi.

Selain negara tersebut, negara dengan kondisi terparah akan dialami oleh negara Argentina dan Sri Lanka. Utang Argentina setara lebih dari Rp 515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp 15.290 per dolar Amerika Serikat melebihi utang Sri Lanka yang sebesar US$ 51 miliar. 


Puncak dari permasalahan yang menekan negara-negara tersebut pada akhirnya akan bermuara pada krisis pangan. Inilah alasan mengapa tahun depan atau beberapa tahun ke depan bakal jadi tahun yang sangat gelap sebagai dampak ekonomi global itu sebenarnya punya efek domino dimana satu negara ambruk maka akan sangat mungkin berdampak ambruknya negara yang lain.


Proyeksi gelap gulitanya ekonomi global saat ini sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kapitalisme yang diterapkan dunia saat ini. Semua bermula pada abad ke-18 setelah Amerika menaklukkan sosialisme komunisme sebagai rival ideologi dunia saat itu yang akhirnya menggantarkannya menjadi penguasa tunggal dunia.  
 
Namun sejarah mencatat bahwa sistem kapitalisme bukanlah sistem yang anti krisis/resesi. Masih ingat bagaimana fenomena The Great Depression pada tahun 1930-an yang menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme adalah sistem cacat yang terus dilanda krisis keuangan secara berulang dan tak berkesudahan.  
 
Sebenarnya banyak sekali kajian akademis yang mengambarkan betapa rusak dan berbahayanya penerapan sistem kapitalisme ini, diantaranya oleh JK Gibson Graham yang berjudul “The End of Capitalisme” dan John McMurtry yang berjudul “The Cancer Stage of Capitalism”
 
Cacat mendasar  sistem ekonomi kapitalisme selalu bercirikan majunya sektor non riil baik di perbankan maupun di pasar modal yang disimpan dalam bentuk surat berharga seperti saham, obligasi dan bentuk sekuritas lainnya yang kemudian berdampak pada perputaran uang di sektor riil yang semakin kecil perbandingannya dengan sektor non real sampai pada perbandingan dramatis 90% dan 10% antara sektor non riil dan sektor riil.
 
Besarnya pusaran uang yang berada di sektor non real inilah yang akhirnya memunculkan fenomena “Ekonomic Bubble” atau gelembung ekonomi perekonomian yang seolah tumbuh melambung tinggi, namun bersifat sangat rentan. Saking rentannya, disentuh dengan isu non-ekonomi seperti gejolak politik, sosial, dan sejenisnya gelembung itu akan meletus dan menyebabkan krisis bahkan resesi ekonomi.  
 
Buktinya bisa dilihat pada krisis ekonomi tahun 1998-2000 yang dipicu krisis moneter di Asia. Kemudian berlanjut resesi ekonomi global pada 2008 yang dipicu utang perumahan di Amerika. Serta Occupy Wall Street (OWS) tahun 2011 yang mengkritik realitas 1% oramg mengendalikan 99% orang.  
 
Dari realitas inilah dapat kita tarik benang merahnya, bahwa ketika sektor ekonomi non-riil sebuah negara terguncang, akan langsung menjadi beban secara global terhadap seluruh perekonomian di dunia. Karenanya dunia dengan sistem kapitalisme global akan senantiasa dalam kegelapan jika masih diterapkan dan menjadi ideologi dalam menata dunia.
 
Sehingga sudah semestinya cacat bawaan yang rusak ini harus diganti secara keseluruhan dengan sistem yang terbukti membawa stabilitas ekonomi dunia. Sistem inilah yang dikenal dengan sistem Islam dalam bingkai Khilafah Islam yang nantinya akan menerapkan hukum-hukum syariat termasuk dalam sistem perekonomiannya untuk menyelesaikan krisis ekonomi yang rusak saat ini.
 
Sistem Islam dengan Khilafahnya akan menata kembali sektor ekonomi riil. Pelaku pasar adalah rakyat dengan komoditas nyata yaitu barang dan jasa. Sumber perekonomiannya akan bertumpu pada empat sektor utama diantaranya pertanian, perdagangan, industri, dan jasa.
 
Sedangkan harta kekayaan umum milik rakyat seperti sumber daya alam akan dikelola negara dan hasilnya diberikan kepada rakyat, begitupun dengan harta kekayaan milik negara seperti Ghanimah, Jizyah, Kharaj, ‘Usyur, Amwal Fadhilah, dan Wakaf. Dari sisi mata uang, akan digunakan adalah Dinar dan dirham dan tata lembaga keuangan baik itu bank dan non bank saat akan beraktivitas harus sesuai dengan prinsip syariah.

Konsep inilah yang nantinya akan menutup pintu terjadinya krisis dan resesi ekonomi seperti yang terjadi saat ini. Dan yang juga teramat penting, Khilafah sebagai ototritas kekuasaan syariah akan mengharamkan transaksi ekonomi non riil seperti pasar modal yang elitis, spekulatif, manipulatif dan destruktif yang sejatinya menjadi penyebab utama gelap gulitanya ekonomi dunia seperti abad ini. Wallahu’alam.[]

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts