Riayah Penguasa Dalam Sistem Kehidupan Islam

Last Updated: 20 Maret 2021By

Oleh : M.azzam Al Fatih

Di kisahkan bahwasanya Kholifah Umar bin Khattab adalah pemimpin yang sangat takut terhadap siksa Neraka. Suatu ketika Kholifah Umar ditanya oleh Aslam, pembantunya. “Mengapa engkau menangis wahai Amirul Mukminin?.

Maka Umar pun menjawab, “Aku takut akan siksa kubur dan azab neraka”.

“Bukankah engkau sudah dijamin surga?” Aslam bertanya lagi.

Umar pun menjawab bahwa dirinya akan mendapatkan hukuman terlebih dulu jika melakukan kesalahan, kecuali mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

“Engkau tak pernah melakukan kesalahan. Wahai sang Khalifah, Engkau adalah pemimpin yang adil,” kata Aslam.

Kemudian Amirul Mukminin menjelaskan secara detail. Wahai aslam Sebagai pemimpin, di akhirat nanti aku akan ditanya tentang kepemimpinanku. Bagaimana seandainya masih ada rakyat yang tidak mendapat pembelaan, lalu di akhirat kelak mereka menuntut keadilan di hadapan Allah SWT?.”

Dikisahkan pula bahwasanya Kholifah Umar bin Khattab memanggul satu karung gandum dan daging untuk diantarkan ke suatu tenda yang didalamnya terdapat satu keluarga, yakni ibu dan anak – anaknya yang sedang kelaparan. Yang sebelumnya Kholifah Umar mengelilingi pemukiman warga dan didapatilah satu keluarga tersebut. Dan terdengar suara tangisan anak – anak. Akhirnya sang Kholifah pun masuk ke dalam rumah untuk memastikannya. Sang Amirul mukminin pun tertampar dan merasa berdosa melihat keadaannya, yakni sang ibu memasak batu dengan tujuan agar anak- anaknya bisa tenang dan kemudian tertidur.

Sepenggal kisah Kholifah Umar bin Khattab tersebut menjadi teladan yang baik bagi seorang pemimpin di zaman now saat ini. Pemimpin yang senantiasa takut terhadap siksa Neraka, yang senantiasa memperhatikan umatnya sebaik mungkin, tidak abai dan zalim kepada rakyatnya. Sebab seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawabkan atas apa yang dipimpinnya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang-orang yang dia pimpin.”

Memang benar, mengingat akhirat menjadi motivasi bagi siapapun, asal masih mempunyai iman. Bagi yang imannya telah sirna tidak mungkin memotivasinya. Sebab keberadaan neraka, surga, dan lainya tidak diyakininya. Nauzubillah min dzalik.

Pemimpin yang senantiasa takut akan siksa neraka tentu ia akan meriaayah rakyatnya dengan baik. Melayani dengan penuh keikhlasan. Sebab tatkala abai terhadapnya maka akan mendapatkan siksa di neraka. Seorang pemimpin akan Istiqomah meriayah, karena didalamnya pula terdapat pahala yang melimpah.

Ada beberapa hal yang wajib diriaayah seorang Kholifah, sebagaimaa yang dikatakan ulama terkemuka Al Mawardi Rohimahullah. Di antaranya.

1.Agama.
Seorang Kholifah wajib menjaga agama dari orang – orang kafir dan munafik. Sebab mereka akan terus merusaknya, karena dianggap sebagai penghalangnya. Serta menjaga umatnya, supaya mereka nyaman dan aman dalam menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah SWT.

Kedua: Menerapkan hukum diantara dua pihak yang saling bertikai dan menghentikan permusuhan antara dua pihak hingga kedamaian tercipta. Yang zalim tidak melampaui batas dan yang dizalimi tidak lemah.

Ketiga: Memelihara kedaulatan dan menegakkan peraturan. Agar masyarakat dapat beraktifitas dan hidup serta melakukan perjalanan dengan merasa aman dari kejahatan terhadap diri dan harta.

Keempat: Melaksanakan keputusan hukum untuk melindungi ketentuan-ketentuan Allah Ta’ala agar tidak mudah dilanggar dan agar hak-hak masyarakat terlindungi dari tindak pengrusakan.

Kelima: Melindungi perbatasan dengan kekuatan yang dapat menghalau serangan musuh yang dapat menumpahkan darah, baik yang muslim atau orang kafir yang terlindungi.

Keenam: Berjihad ketika Islam ditentang setelah disampaikan dakwah hingga mereka menyerah atau dia masuk sebagai ahli zimah agar hak Allah dapat ditegakkan di atas semua agama.

Ketujuh: Menarik fai dan shadaqah (zakat) serta apa saja yang diwajibkan syariat baik berdasarkan nash atau ijtihad tanpa rasa takut dan sewenang-wenang.

Kedelapan: Memperkirakan pemberian dan hak-hak yang harus diberikan dari Baitul Mal tanpa berlebihan dan kekurangan dan dikeluarkan pada waktunya, tanpa dipercepat dan ditunda.

Sembilan: Mempergunakan orang-orang yang amanah dan kompeten serta menyerahkan tugas dan keuangan kepada mereka. Sehingga pekerjaan dilakukan berdasarkan profesionalisme dan harta dikelola oleh orang-orang yang amanah.

Kesepuluh: Langsung terjun menangani dan mengamati setiap urusan agar dia dapat mengatur urusan umat dan menjaga agama. Dia tidak menyerahkan tugas karena sibuk dengan kesenangan atau ibadah. Karena boleh jadi orang yang dipercaya atau orang dekat melakukan khianat.

Begitulah seorang Kholifah yang telah dibaiat untuk melayani dan melindungi umat dalam rangka taqwallah untuk meraih ketaqwaan tertinggi disisi Allah SWT. Maka sangat mustahil, seorang Khalifah akan abai dan dzalim terhadap rakyatnya.

Demikianlah, sistem Islam akan mewujudkan kehidupan yang rahmatan Lil alamin. Kehidupan yang dapat membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia, baik muslim, Kristen, maupun Yahudi. Bahkan seluruh alam semesta Karena Allah SWT telah berfirman.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
wa maaa arsalnaaka illaa rohmatal lil-‘aalamiin

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Berbeda jauh dengan pemimpin di era Kapitalisme, sistem yang saat ini memimpin peradaban dan menjadi mercusuar dunia. Namun tidak satupun negara penganut sistem ini dapat mewujudkan kehidupan sejahtera dan membahagiakan. Yang terwujud adalah ketidakadilan dan kesengsaraan bagi rakyatnya. Rakyat hanya menjadi pelayan dan pemberi makan para kaum kapitalis dan penjilatnya. Dengan dalih investasi, penanaman saham, dan hutang berbunga, secara sistematik mereka mereka bagaikan drakula penghisap darah.

Selain itu, sistem Kapitalisme memaksa manusia berbondong – bondong masuk ke neraka secara sukarela. Aqidah sekulerisme yang dianutnya telah menjauhkan diri kepada Penciptanya. Secara sistematik membuat manusia hanya berfikir tentang dunia dan lupa terhadap Akhirat. Memburu harta demi kesenangan duniawi saja.

Maka jelas, pemimpin dalam sistem Kapitalisme tidak akan dapat meriayah rakyatnya. Sebab mereka telah menjadi jongos para kaum Kapitalis demi memuaskan hawa nafsunya. Dan demi menuruti apa yang menjadi keinginan kaum Kapitalis. Padahal jelas, kaum Kapitalis adalah imperialis yang menjajah negeri – negeri muslim.

Hanya sistem islamlah, yang dapat mewujudkan pemimpin amanah. Pemimpin yang dapat meriaayah rakyat dengan baik. Sebab Pemimpin dalam sistem Islam, memimpin merupakan taqwallah kepada Sang Kholiq dan rasa takut terhadap siksa Neraka.

Wallahua’lam bishowwab.

© ALIANSI PENGUSAHA MUSLIM INDONESIA