Bisnis Bukan Hanya Untung Rugi, Tapi Surga Dan Neraka !

Last Updated: 18 April 2021By

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah bersabda, “Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah dan tempuhlah jalan yg baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seseorang akan mati hingga ia benar-benar telah mendapatkan seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka dari itu bertakwalah kepada Allah dan tempuhlah jalan yg baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yg halal dan tinggalkan yg haram. (HR. Ibnu Majah)
Karena bisnis bukan hanya untung rugi, tapi surga dan neraka…

Truly Muslimpreneur,

Kalimat di atas abah terima beberapa waktu lalu dari sahabat abah dan langsung abah share ke muslimpreneur lainnya. Sederhana pesannya, namun mendalam maknanya. Yap, bisnis memang bukan hanya untung rugi di dunia. Ia berimbas pada konsekuensi pertanggungjawaban kita di akhirat, surga dan neraka. Baginda Rasulullah SAW meminta kita untuk menempuh jalan halal dalam mencari rezeki setelah didahului dengan seruan takwa.
Singkat cerita, karena dunia bisnis nyaris menghabiskan lebih dari sepertiga waktu keseharian kita, maka kita harus pastikan agar ia menjadi bagian ketakwaan kita. Jika kita bisa pastikan seluruh amal bisnis kita berada dalam koridor takwa atau amal sholih, maka ia akan menjadi wasilah kita untuk menuju surga. Jika tidak, amal bisnis kita ada dalam koridor maksiat atau amal salah, maka neraka akan menanti di akhirat.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa amal sholih akan memberi pahala bagi pelakunya. Pahala berarti pintu surga. Sebaliknya amal salah akan membawa dosa dan dosa berarti lubang di neraka. Semakin banyak beramal sholih maka akan semakin banyak pula pintu surga yg akan memanggil kita kelak. Sebaliknya, semakin banyak beramal salah maka akan semakin banyak pula lubang di neraka yg kita gali. Naudzubillahi mindzalik ! Jelas sudah, di sinilah relasinya, mengapa bisnis bukan hanya soal untung rugi tapi surga dan neraka!

Truly Muslimpreneur,

Lalu bagaimana mengimplementasikan hadits ini di era kapitalisme sekuler saat ini? (btw, jangan-jangan banyak yg gak paham kalau kita hari ini hidup dalam sistem ini !? Kalau itu benar, sungguh terlalu !)… Jawabannya adalah bisa meski tak mudah. Bisa namun tak sempurna. Bisa tapi tak ideal.
Kapitalisme-sekulerisme memang tidak compatible dengan bisnis yg Islami. Kapitalisme-sekulerisme memang tidak didisain untuk itu. Kapitalisme-sekulerisme mensyaratkan sikap dan aturan sekuler, membatasi maslahat bisnis cukup hanya di dunia (itupun maslahat yg semu) dan tidak penting aspek halal dan haram dalam menggapai keuntungan! Bahkan lebih dari itu, machiavelistik alias menghalalkan segala cara !

“Dalam rangka menguasai sumberdaya dunia, untuk mencapai tujuan harus mengandalkan sejumlah hal berikut : minuman keras; obat-obat terlarang, kebejatan moral dan seks; serta suap dan mencampakkan hati nurani kemanusiaan” (diterjemahkan kemudian menjadi 4 F: Food, Fun, Fashion dan Free Sex.).
William G Carr, dalam bukunya Yahudi Menggenggam Dunia (1991), mengutip pernyataan Mayer Amschel, anak dan penerus dari Amschel Moshe Pour, Pendiri keluarga Rothschild. Begitulah cara mereka. Ambyar semua!

Abah, kok bisa begitu? Ya, sesuai dengan namanya, “karena paradigmanya, agama mesti dihapus karena ia penghalang bagi pembangunan. Asasnya manfaat. Tujuan Menghalalkan Segala Cara. Mereka yg tidak setuju tidak bisa ikut ‘maju’, tersingkir, depresi lalu berubah menjadi Residu Pembangunan, seperti KRIMINAL, GELANDANGAN, PENGEMIS, PERILAKU SEX MENYIMPANG (PSK, PEZINA, HOMO, LESBI)… DLL DAN Akhirnya GILA!“ kata Rostow, salah seorang pemikirnya. Benar-benar ambyar !

Atas dasar itu, tak cukup rasanya jika kita berhenti hanya pada tataran amal bisnis untuk kepentingan kita sendiri. Sebagai orang yg sudah terbiasa berani mengambil keputusan dan berani juga mengambil resiko atas apapun keputusan bisnisnya, sudah selayaknya kita mengangkat diri ke jenjang lebih tinggi, yakni menjadi pebisnis pejuang. Pebisnis yg secara sadar, komitmen dan konsisten memperjuangkan kembalinya sistem Islam kaffah agar amal bisnis kita dan seluruh kaum muslimin benar-benar dapat mengikuti sabda Nabi SAW secara sempurna! Inilah bisnis ideal !

Hanya dalam naungan Islamlah, bisnis sepenuhnya didapat dari jalan-jalan yg halal. Bahkan bukan hanya jaminan jalan halal yg didapat, namun lebih dari itu, juga memberikan hasil yg berlimpah bagi seluruh pemain bisnis khususnya dan rakyat umumnya, baik muslim maupun non muslim! Masya Allah.

“Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yg memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya.” (HR. Muslim)

Truly Muslimpreneur,

Ramadhan bulan penuh berkah dan ampunan, semoga menjadikan kita hamba Allah yg selalu berpikir, bersikap dan beramal kehidupan – termasuk dalam amal bisnis kita – dengan dipenuhi ‘berkat’ dan keberkahan. Bisnis yg akan memuliakan kita di dunia dan akhirat. Insya Allah.

Ingatlah selalu : Bisnis, Ngaji, Dakwah ! Berkah…Berkah…Berkah !

Ya Allah, karuniakan kepada kami pemahaman dan kesadaran tentang Islam, jauhkan kami dari kebodohan dan kepalsuan. Berikan kami bagian dari setiap kebaikan yg diturunkan di dalamnya dengan kedermawanan-Mu wahai Yg Maha Dermawan dari semua yg dermawan. Kokohkan kami di jalan dakwah yg mulia ini. Kembalikanlah kaum Muslimin pada kemuliaannya.

Allahumma sholli ala Muhammad..
Aamiin Allahumma aamiin..

@bah Salim