Categories: Fokus Ekonomi

assalim

Share

Oleh : Agan Salim

Baru-baru ini, ekonomi global sedang menghadapi de-dolarisasi. Berbagai upaya beberapa negara mengantikan dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan di bank sentral dunia dan menurunkan persentase perdagangan global yang menggunakan dollar AS. Sinyal ini juga disampaikan oleh CEO Tesla Elon Musk, yang memperingatkan bahwa ancaman de-dolarisasi itu nyata, karena negara-negara seperti China mengambil tindakan untuk menggantikan dolar.

Munculnya de-dolarisasi AS atau dikenal dengan the greenback ini bukan tanpa alasan. Sejak AS menarik diri dari Perjanjian Bretton Woods yang menetapkan penggunaan standar emas universal guna menciptakan nilai tukar mata uang tetap, maka saat itulah dolar berhenti terikat pada nilai emas. Mesin cetak AS tidak lagi dibatasi oleh apa pun, dan di situlah utang nasional AS yang besar dan rekor inflasi Biden masuk,”

Selain itu, dollar AS (the greenback) juga sering digunakan sebagai senjata pertempuran politik, intervensi hegemoni AS dan alat penjajah ekonomi. Lihat saja bagaimana dollar AS dijadikan alat untuk menjatuhkan sanksi ilegal, pembatasan pembayaran, pencurian cadangan devisa sebuah negara.

Sifat alamiah, memang uang kertas (fiat money) dalam sejarahnya terus bergulir dan berulang sesuai dengan hegemoni negara yang mendominasi disetiap zaman. Ada pola tertentu dimana setiap mata uang hidup selama sekitar seratus tahun. Real Portugis digantikan oleh real Spanyol. Kemudian diikuti gulden Belanda, franc Prancis, pound Inggris, dan dolar Amerika. Yang terakhir inipun akan segera digantikan oleh sesuatu yang lain yang kita kenal dengan de-dollarisasi.

Dari kesemua fakta diatas, ada yang jauh lebih esensi dan patut menjadi perhatian dunia saat ini adalah uang kertas sebagai sumber dari krisis ekonomi dunia. Lihat saja bagaimana sebuah negeri yang mengalami krisis seperti Eropa dan AS saat ini akan diikuti oleh negara lain. Karena negara yang ikut krisis tersebut menggunakan nilai mata uang kertas dari negara lain sebagai alat ukur nilai uangnya dan pastinya akan berakhir menjadi krisis ekonomi global.

Disinilah sistem ekonomi Islam sangat dibutuhkan dunia untuk menyudahi krisis ekonomi global yang terus berulang dengan standar mata uang emas dan perak atau “dinar dirham” nya. Dengan menerapkan emas dan perak sebagai alat tukar dunia internasional maka kestabilan ekonomi dapat dicapai dan krisis global bisa dihindari karena nilai emas dan perak yang tidak akan terpengaruh krisis dari sebuah negara karena nilainya yang selalu sama disemua negara dan pemerintah negara manapun tidak bisa membuat emas dan perak dengan sesukan hatinya.

Sungguh menarik apa yang pernah di ungkap oleh Ibnu Miskawaih, beliau adalah salah seorang cendekiawan Muslim (1030M) tentang syarat dan sifat dari sebuah mata uang sebagai alat tukar seperti (1) tahan lama (durability), (2) mudah (convenience) dibawa, (3) tidak dapat dikorup (incorruptibility), (4) dikehendaki (desirability) semua orang, dan (5) orang senang melihatnya. Berdasarkan rumusan tersebutlah, maka dari berbagai bentuk “uang” yang disebutkan di atas hanya emas dan peraklah yang memenuhi kelima syarat uang yang dirumuskannya.

Semua itu sejatinya sesuai dengan apa yang Rasulullah Saw telah tetapkan, bahwa emas dan perak sebagai standar mata uang dimana standar nilai barang dan jasa dikembalikan kepada standar uang dinar dan dirham ini. Dengan uang emas dan perak dalam sebutan dan bentuk uqiyah, dirham, mitsqal dan dinar inilah semua bentuk transaksi dilangsungkan.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa dalam sistem ekonomi Islam, uang di pandang sebagai alat tukar, bukan sebuah komoditas. Selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi sebagai pengukur harga (standar nilai), hal ini sesuai dengan definsi uang yang dirumuskan Taqyuddin An-Nabhani, dalam kitabnya An-NizhamAl-Iqtishadi Al-Islami dimana uang adalah standar nilai pada barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam ekonomi Islam, uang di defenisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa.

Diterimanya peranan uang dinar dan dirham secara luas dan menglobal ini akan mempermudah proses transaksi, sebagai alat ukur dan menghapuskan ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar seperti saat ini. []

Editor's Pick

    Leave A Comment

    Related Posts