
Oleh: Agan Salim.
Aliansi Pengusaha Muslim – Corona virus hari ini mengingatkan kita akan sejarah pandemi yang mengguncang dunia bernama “Black Death”, ini adalah pandemi pes yang disebabkan oleh bakteri yersinia pestis, yang menyebar dari Mongolia ke Eropa Barat pada 1340-an. Ini adalah pandemi paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah manusia, yang mengakibatkan kematian sekitar 75 hingga 200 juta orang, dan memuncak di Eropa dari tahun 1347 hingga 1351. Pandemi dimulai di Asia, merobek ibu kota Eropa dan menyapu setidaknya sepertiga dari semua manusia dengan caranya. Ketika semuanya berakhir, pemberontakan dimulai, institusi-institusi yang dihargai jatuh, dan seluruh sistem ekonomi harus disetting ulang.
Karena ekonomi pada saat itu didasarkan pada pertanian dan kerajinan lokal, kehidupan sehari-hari bangkit kembali dengan relatif cepat. Dan pada gilirannya, mengakhiri sistem ekonomi feodal dan banyak ahli ekonomi berpendapat, pandemi inilah yang memicu bangkitnya kapitalisme.
Hari ini, dengan mewabahnya Coronavirus, kapitalisme menghadapi mimpi buruknya sendiri. Bagaimana tidak, meskipun virus COVID-19 dapat membunuh antara 1- 4 persen dari mereka yang terpapar, tapi dampak pada ekonominya jauh lebih kompleks dan dahsyat. Coba kita perhatikan perubahan besar akibat pandemi ini:
Pertama, terhentinya sebagian kehidupan sehari-hari umat manusia di dunia di sebagian besar Cina, India, sebagian besar Eropa dan banyak negara di Amerika, Austalia, dan Asia.
Kedua, kerusakan yang signifikan terhadap reputasi dan kepercayaan kepada pemerintah dan elit politik yang pada tahap awal terbukti tidak mampu melakukan antisipasi dan memobilisasi sistem perlindungan kepada rakyatnya.
Ketiga, kacaunya sistem perekonomian di tiap negara yang berakibat merosotnya pendapatan rakyat dan PHK yang masif, harga saham di lantai bursa rontok, dan semua indikator ekonomi yang negatif, dan dapat dipastikan akan memicu resesi ekonomi dunia.
Kalau kita lihat realitas di atas, maka krisis kali ini berbeda dengan krisis 2008, ibarat bangunan krisis 2008 hanya merusak bangunan atap saja, sehingga bisa dibangun kembali, sedangkan krisis kali ini yang hancur adalah pondasinya.
Apa yang tejadi saat ini sebenarnya sesuatu yang sudah diprediksi oleh para intelektual, Dr. Thahir Abdul Musim misalnya menyebut bahwa krisis ekonomi dalam sistem kapitalisme adalah bersifat siklik. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanyalah putaran menuju puncak untuk kemudian jatuh ke lembah krisis kembali (Al-Waie, 2007).
Munawar AM juga mengibaratkan kapitalisme seperti menara gading atau bangunan kokoh yang perlahan tapi pasti, rayap-rayap sedang berkerumun menggerogoti tiang-tiang penyangganya. Dan George Bernard Shaw, penulis Inggris dan pemikir paling besar Eropa pada abad 20 dalam bukunya “The Genuine Islam” mangatakan, “Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa, beberapa ratus tahun dari sekarang, Islamlah agama tersebut”.
Akhirnya arus kebangkitan Islam dengan sistem ekonominya menemukan momentumnya. Kini umat Islam sedang berjalan menuju kebangkitan yang sudah diduga oleh dunia intelektual akan mengatikan eksistensi kapatalisme yang sudah sekarat saat ini.