Corona Belum Usai, Krisis Pangan Mengintai
Aliansi Pengusaha Muslim – Pandemi Covid-19 telah memukul industri pariwisata, penerbangan, pasar modal, manufaktur, sampai harga minyak akibat penurunan aktivitas ekonomi dunia. Kini persoalan pangan pun segera menyusul.
Beberapa stok bahan pokok dalam keadaan defsit di beberapa provinsi. Presiden Jokowi memaparkan stok sejumlah komoditas pangan domestik yang ternyata mengalami defisit di puluhan provinsi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Menurutnya stok beras mengalami defisit di 7 provinsi. Sedang komoditas jagung defisit di 11 provinsi. Sedangkan stok gula pasir juga diperkirakan defisit di 30 provinsi (detikfinance, 29/4).
Persoalan ini tidak mudah. Kebiasaan Indonesia menutup defisit komoditas pokok dengan impor diyakini akan sulit di beberapa bulan kedepan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dunia akan berhadapan dengan potensi kelangkaan dan darurat pangan di tengah pandemi Covid-19. Sebab, kebijakan penguncian (lockdown) di sejumlah negara membuat distribusi pangan internasional terganggu.
Dari total produksi beras dunia, hanya 5 persen beras yang diperdagangkan di pasar internasional (majalah.tempo.co, 18/4). Krisis pangan pun kini mengancam.
Dampak nyata dari krisis pangan ini adalah ancaman kelaparan. Menurut David Beasley, Direktur Eksekutif World Food Programme (WFP) yang merupakan bagian dari PBB, pada 2020 masyarakat dunia yang menderita kelaparan terancam meningkat hingga 265 juta orang (liputan6.com, 24/4).
Di dalam negeri, kepanikan mulai terlihat. Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo dalam keterangan pers tertulis mengimbau warga menanam tanaman pangan sendiri.
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyatakan buruh tani harus dapat insentif Rp. 100 ribu. Demi ada yang menanam. Menurutnya pula Kementan harus memikirkan masyarakat sampai Juni mau makan apa, bulan Agustus makan apa (dpr.go.id, 28/4). Sedemikian mengkhawatirkan stok pangan kita.
Krisis pangan ini mestinya membuka mata Pemerintah bahwa selama ini kemandirian pangan tidak pernah dianggap sebagai perhatian. Impor dan impor selalu dilakukan. Meskipun ada kesan permainan mafia impor tetapi dibiarkan.
Kini di saat semua negara membutuhkan bahan pangan dan jumlah bahan pangan yang diperdagangkan secara internasional menipis pemerintah terlihat tidak ada solusi. Haruskah rakyat menanam sendiri?
Sungguh naas nasib Indonesia. Negara agraris tapi ketahanan pangannya kritis. Indonesia pernah mengalami swasembada pangan pada tahun 1984. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO pada tahun 1985.
Ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan negara. Negara menjadi sangat rentan karena ketergantungan yang besar kepada impor. Bayangkan kini krisis stok pangan ini akan menjadi persoalan krisis kelaparan.
Semoga kita benar-benar belajar atas peristiwa wabah ini. Wallahua’lam.