
News Assalim.id
Kamis, 27 Januari 2022
Reporter: Pujo Nugroho
Assalim.id – Ekonom senior Faisal Basri mengkritisi melejitnya ekspor kelapa sawit, batu bara, hingga besi baja. Menurutnya ekspor tersebut berada di cengkraman elit.
“Hasil sementara dari cengkraman oligarki itu tercermin dari kontribusi ekspor dari tiga komoditi. Yang pertama itu sebagian besar sawit ekspornya sampai November US$ 30 miliar. Kemudian yang kedua HS 27 itu batu bara US$ 30 miliar juga, sudah pasti lewatlah ya sampai akhir tahun. Dan yang ketiga adalah smelter China US$ 18 miliar,” katanya dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (31/12/2021).
Dikutip dari detik.com ( 31/12/22) dia menyebut ketiga komoditas tersebut kontribusinya terhadap penerimaan ekspor nasional hampir mencapai 40% sendiri.
“Jadi yang menikmati ini semua adalah 3 kelompok ini yang dikuasai para oligar. HS 27 (batu bara) ini tahun ini pendapatan dari ekspornya Rp 500 triliun. Kalau 10% saja mengucur ke roda politik, Rp 50 triliun sudah bisa mempresidenkan siapa saja. Mereka tidak bayar pajak ekspor,” tutur Faisal Basri.
“Jadi pemerintah saya hitung bisa dapat Rp 118 triliun dari sini kalau menegakkan Undang-undang Dasar 1945, dan untuk kemakmuran rakyat, dan negara diwajibkan untuk mengatur agar windfall dari batu bara ini dinikmati oleh rakyat juga dengan cara mengenakan pajak ekspor 25% misalnya, Rp 118 triliun itu sebagaimana diterapkan di CPO. CPO kan bayar pajak ekspor dan bea sawit, nilainya ratusan triliun tahun ini,” tambah Faisal Basri.
Faisal Basri juga mengomentari kebijakan larangan ekspor batu bara yang kembali dilonggarkan. Diketahui kebijakan larangan ekspor tersebut dibuat pemerintah hingga akhir Januari 2022.
“Kemarin PLN kekurangan batu bara, kemudian ekspor dilarang selama sebulan. Baru seminggu, udah dibolehkan lagi dan diumumkan oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Kalau diganggu, langsung mereka (kelompok elite) beraksi,” ujar Faisal Basri dalam sebuah seminar yang dipantau secara daring, dilansir reportaseindonesia.com , Selasa (11/1/2022).