Bisakah Kaya Di Era Kapitalisme?

Last Updated: 15 Februari 2022By

By : Haris Abu Muthiah

Sahabat-sahabat pengusaha muslim. Sadarkah kita bahwa saat ini kita berada di ‘kolamnya’ para pengusaha yang dalam bisnisnya menghalalkan segala cara untuk menghasilian cuang sebesar-besanya,

Kita berada dikolam para pengusaha yang tidak lagi memikirkan keberkahan dalam bisnisnya. Dipikiran mereka yang penting cuang dan cuang. Bagi mereka suap menyuap untuk memperlancar bisnisnya adalah wajar adanya.

Kita berada dalam ‘kolam’ di mana tipu menipu dalam transaksi bisnis sudah menjadi rahasia umum. Kongkalikong dengan penguasa mengatur regulasi untuk memperlancar semua urusan administrasi bisnisnya sudah bukan lagi hal baru.

Kita berada dalam ‘kolam’ para pengusaha yang cara berpikirnya sangat dangka. Bagi mereka sudah menjadi pemahaman bahwa berutang diperbankan (siabank) adalah satu-satunya solusi menumbuhkan bisnis. Menurut mereka tidak mungkin bisnis bisa sukses, buka cabang dimana-mana kalau tidak ada suntikan modal besar dari siabank.

Sudahlah begitu ternyata utangnya bukan sekedar utang biasa tapi utang berbunga yang mengandung riba. Mereka tidak sadar kalau mereka masuk dalam jebakan perangkat ‘batman’, menjadi mesin pencari uang siabank. Buktinya, siabank baru mau realisasikan pinjaman setelah casf low usaha Anda bagus. Mustahil siabank mendanai usaha yang dimulai dari nol.

Alhasil saat pinjaman berjalan dan tiba-tiba cash flow usaha Anda bermasalah, datanglah siabank menagih. Terus saat Anda tidak bisa bayar diancamlah akan dipermalukan, diancam aset dilelang, diancam proses hukum. Semua itu bertujuan agar Anda bayar utang plus ribanya tidak peduli bagaimanapun kondisi keterpurukan bisnis Anda.

Itu semua adalah fakta. Mengapa demikian?. Ya, karena kita berada di ‘kolam’ yang salah, kolam yang rusak, kolam yang tidak sesuai fitrah manusia, kolamnya orang-orang yang rakus materi. Kolam itu bernama kapitalisme.

Kapitalisme ini bukan kolam biasa. Kapitalisme adalah sistem hidup yang mewarnai pemikiran, perasaan, dan aturan manusia yang tujuannya untuk menghamba hanya kepada manusia dan meninggalkan penghambaan kepada Allah swt.

Kapitalisme adalah sistem hidup buatan manusia yang individualistik. Sistem hidup yang melarang setiap pengusaha menghadirkan Allah swt. sebagai pemilik rezeki, penguasa langit dan bumi beserta apa saja didalamnya dalam urusan bisnisnya.

Sahabat-sahabat pengusaha muslim sadarkah Anda, diluar sana banyak yang mengaku muslim, hafidz quran, rajin ibadah, rajin dakwah, mengaku ulama, mengaku paham Islam, tapi mereka menjalankan bisnis dengan riba, melakukan praktek suap menyuap untuk memperlancar bisninya.

Karena itu, jika ada pengusaha muslim yang superkaya, miliader, super top dalam bisnisnya di era kapitalisme seperti ini tidak perlu takjub karena boleh jadi mereka berbisnis tidak ubahnya seperti pebisnis pada umumnya yang menghalalkan segala cara untuk meraup untung. Boleh jadi modalnya adalah utang riba dari siabank atau dari investor.

Ini berbeda halnya dengan Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat Rasulullah Saw yang dijamin syurga dan sukses dengan bisnisnya. Kesuksesan beliau dalam mengelola bisnis bukan hanya karena Ia cerdas secara intelektual-finansial, tetapi juga karena ia menerapkan aturan bisnis islami yang diajarkan secara langsung oleh Rasulullah Saw.

Namun yang yang tidak kalah penting adalah karena Abdurrahman bin Auf berada di kolam yang benar-benar mendukung sepenuhnya menjalankan bisnis sesuai syariah. Kolam dimana seluruh sistemnya diatur dengan aturan Islam tanpa terkecuali. Kolam itu bernama Darul Islam atau daulah Islam. 

Satu hal yang perlu kita ingat bahwa bukan sekedar sosok pengusaha yang kita butuhkan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan sebagian besar negara Eropa, meski jumlah pengusaha relatif banyak, hal itu tidak menjamin kesejahteraan penduduk negara tersebut.

Bagaimana bisa sejahtera jika lingkungannya rusak?, Bagaimana bisa sejahtera jika kondisi perekonomian selalu mengalami fluktuasi dan krisis akibat kesalahan sistem?, Bagaimana bisa sejahtera jika setiap orang berpikir dan bersikap individualis?. Bagaimana bisa bisnis berkah jika para pengusaha dipaksa bayar pajak, dipaksa suap menyuap, dipaksa buat laporan keuangan fiktif, dan lain sebagainya.

Karena itu kita tidak membutuhkan sosok pengusaha yang sekedar ‘label’ syariah tapi yang dibutuhkan adalah pengusaha muslim yang trully, pengusaha  yang tidak hanya sekedar paham muamalah berdasarkan Al Ouran dan As-Sunnah tapi pengusaha pejuang tegaknya Islam kaffah yang merupakan kolamnya para pengusaha Muslim yang ingin bisnisnya berkah dan berkelimpahan.

Wallahu a’lam bi ash shawab.