Berpangkal Dari Ingkar Kepada Allah, Dunia Belum Mampu Lepas Dari Bencana Covid-19
Oleh Pujo Nugroho
Assalim.id – Tahun 2020 berakhir sudah. Keadaan dunia setahun penuh dibayangi bencana pandemi covid-19. Tidak saja sebagai bencana kesehatan, covid-19 menghadirkan bencana ekonomi.
Sampai tulisan ini diturunkan (31/12/2020) ada 82,6 juta kasus covid-19 dan sebanyak 1,8 juta yang meninggal dunia. Pandemi covid-19 menjadi pandemi mematikan yang merata di seluruh dunia di era modern.
Secara ekonomi, IMF mencatat perekonomian global telah jatuh ke dalam jurang krisis setelah sekitar 95 persen negara-negara di dunia diproyeksi mengalami kontraksi atau menderita pertumbuhan ekonomi negatif (wartaekonomi.co.id, 19/10/2020).
Selain itu, IMF mencatat pandemi virus corona juga telah menyebabkan kerugian perekonomian global sebesar 12 triliun dolar AS atau sekitar Rp168.000 triliun (kurs Rp14 ribu).
United Nation menyatakan ada sebanyak 71 juta orang jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem dan Food and Agroculture Organization memprediksi sebanyak 132 juta orang akan kelaparan hingga akhir 2020.
Memasuki tahun 2021 pun keadaan masih belum bisa dipastikan. Vaksin belum lagi jelas mana yang manjur mencegah covid-19 bahkan muncul lagi varian covid-19 yang baru.
Atas munculnya varian covid-19 ini, sebanyak 40 negara telah melarang penerbangan dari Inggris (bbc.com, 20/12/2020). Dunia seolah bersiap untuk lockdown kembali.
Virus yang bermula di akhir 2019 ini menjelma menjadi momok mematikan di berbagai penjuru dunia. Berawal dari kebiasaan tidak manusia berupa mengonsumsi kelelawar, virus ini beralih dari virus hewan menjadi virus bagi manusia.
Jelas kebiasaan ini adalah menyalahi kodrat manusia. Kini kita menyaksikan kerusakan yang nyata. Mengakibatkan krisis, kematian yang hebat, pengangguran, dan kelaparan. Inilah kerusakan yang nyata bagi kehidupan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al-Rûm [30]: 41)
Al Hafizh Imam Ibnu Katsir di dalam tafsir beliau menukil penjelasan Imam Abu al-‘Aliyah:
“Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi, maka sungguh ia telah berbuat kerusakan di bumi, karena kebaikan bumi dan langit (bergantung) pada keta’atan. Sehingga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh satu sanksi had yang ditegakkan di bumi lebih disukai bagi penduduk bumi daripada diturunkannya hujan kepada mereka selama 40 hari.”
Tidak saja soal kesehatan, kemungkaran yang dilakukan manusia berupa pemberlakuan sistem kapitalisme dengan praktiknya berupa ekonomi non-riil yaitu sistem bunga bank, jual beli valuta asing, saham, kebebasan kepemilikan, dan praktik buruk lainnya menyebabkan terperosoknya manusia kedalam kerusakan yang dalam.
Beginilah ketentuan dari Allah. Kemunkaran yang dilakukan manusia akan mendatangkan kerusakan yang nyata. Sedangkan ketaatan berupa pemberlakuan syatiat-Nya akan menghadirkan kemashlahatan.
Karena itu manusia tidak akan sanggup melepaskan kerusakan ini hingga dia kembali kepada aturan Allah seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Wallahua’lam. []