Benarkah Hidup Kita Ingin Berkah?
“Sungguh, Allah menguji hamba dengan pemberian-Nya. Barangsiapa rela dengan pembagian Allah terhadapnya, maka Allah akan memberikan keberkahan baginya dan akan memperluasnya. Dan barangsiapa tidak rela, maka tidak akan mendapatkan keberkahan.” (HR. Ahmad).
Abah, sungguh malu hati ini. Ramadhan kan segera datang. Umur pun sudah menjelang. Ada satu pertanyaan yang terus mengusik kalbu, dengan semua yang sudah dilalui ini, benarkah hidup kita ingin berkah? Benarkah?
Ya Allah… berkah selalu diucap saat kita menyapa dengan salam “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan selalu menyertai Anda (kalian)”. Berkah juga ada dalam doa kita bagi pasangan yang menikah: “baarokalloohu lakuma…. Semoga keberkahan Allah untuk kalian berdua (pasangan pengantin)”. Dalam khotbah Jumat pun, sang khotib menutup khutbah pertama dengan ungkapan “baarokallohu lii walakum, semoga berkah Allah untukku dan untuk kalian”. Demikian pula di akhir khotbah kedua sebelum doa penutup khotbah. Ya, berkah. Masya Allah.
Dalam kamus Al Munawir, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah, artinya nikmat. Istilah lain berkah adalah mubarak dan tabaruk. Secara istilah, menurut Imam Al Ghazali, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan”.
Lebih khusus, Imam Nawawi, dalam Syarah Shahih Muslim-nya, menyebutkan bahwa berkah memiliki dua arti, yakni (1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan. Asal makna berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Berkah itu ternyata bertambahnya ketaatan kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya. Berkah itu: “Albarokatu tuziidukum fi thoah” – Berkah menambah taatmu kepada Allah Swt !
Hidup yang berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub as, sakitnya justru menambah taat kepada Allah.
Berkah itu tak selalu berarti panjang umur, ada yang pendek umurnya tapi luar biasa taatnya seperti Mus’ab bin Umair.
Tanah yang berkah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah justru punya keutamaan di hadapan Allah dan tak ada yang menandinginya.
Makanan yang berkah itu bukan yang karena gizinya yang lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong penikmatnya menjadi lebih taat setelah makan.
Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak catatannya, tapi yang mampu menggerakkan seseorang untuk beramal dan berjuang demi agama Allah.
Bisnis dan penghasilan yang berkah juga bukan aset, omset atau gaji yang besar dan bertambah, tapi yang mampu menjadikan pemiliknya semakin taat kepada Allah, menjadi jalan rizqi bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Anak-anak yang berkah bukanlah anak yang kelak saat dewasa mereka sukses bergelar dan mempunyai pekerjaan dan jabatan hebat, tapi anak yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan kelak tak henti-hentinya mendo’akan kedua Orang tuanya serta menjadi pemimpin orang yang bertakwa.
Truly Muslimpreneur,
Jika berkah sedemikian dahsyatnya berefek pada kehidupan seorang Muslim di dunia dan akhirat, lantas bagaimana efeknya bagi seluruh umat manusia jika mereka semua mau tunduk, taat dan patuh kepada Allah ? Berkah dicurahkan dari langit dan bumi. Masya Allah…
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
QS. Al Araf : 96
Truly Muslimpreneur,
Agar keberkahan kembali menyelimuti kita semua, kita perlu banyak pengusaha pejuang yang akan terus menyeru, mengajak dan menerapkan ketaatan dalam bisnis dan dalam semua aspek kehidupan kepada seluruh pengusaha dan umat ini! Karena itu, jangan tunda lagi, ayo bersegera bergabung dalam barisan pengusaha pejuang! Ingatlah selalu : Bisnis, Ngaji, Dakwah ! Agar juga bisnis selalu tumbuh, sinambung dan berkah !
@bah Salim