Belajar Kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. Yang Pensiun Bisnis Ketika Menjadi Khalifah

Last Updated: 14 November 2021By

Kisah Sahabat Assalim.id | Edisi 79
Oleh: Pujo Nugroho

Assalim.id – Di Madinah semenjak hijrah dari Mekkah, Abu Bakar bekerja sebagai pedagang kain di pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sesaat setelah diba’iat sebagai khalifah menggantikan Nabi Shalallahu’alaihi wassalam sebagainkepala negara, Abu Bakar mengambil dagangannya dan berangkat ke pasar sebagaimana biasanya.

Melihat keadaan ini, Umar bin Khaththab berkata, “Apabila engkau sibuk dengan perdaganganmu, bagaimana dengan urusan umat ini?”

“Kalau tidak berdagang kain, bagaimana aku akan menafkahi anak istriku?” Jawab Abu Bakar.

“Marilah kita menemui Abu Ubaidah,” Kata Umar, “Dia akan menetapkan gaji bagimu dari Baitul Mal,” lanjut Umar.

Mereka berdua pergi menemui Abu Ubaidah yang memang dipercaya Nabi Shalallahu’alaihi wassalam untuk bertanggung jawab terhadap Baitul Mal. Setelah mendengar penjelasan Umar, Abu Ubaidah menetapkan tunjangan bagi Abu Bakar sebagai khalifah, sebagaimana tunjangan seorang muhajir yang tidak mempunyai penghasilan tetap.

Sejak saat itu Abu Bakar meninggalkan perdagangannya dan fokus mengurusi umat.

Suatu ketika istri Abu Bakar ingin sekali makan manisan, tetapi Abu Bakar berkata kalau ia tidak mempunyai uang lagi. Maka istrinya berkata, “Kalau engkau mengizinkan, aku akan menyisihkan uang dari sisa belanja setiap harinya, sehingga dalam beberapa hari akan terkumpul cukup uang untuk membeli manisan!”

Abu Bakar menyetujui usul istrinya. Setelah beberapa hari, istrinya menyerahkan kepadanya, uang yang terkumpul untuk membeli bahan-bahan manisan. Setelah menerima uang tersebut. Abu Bakar justru ragu untuk membelanjakannya.

Ia berkata, “Dari pengalaman ini, aku jadi tahu kalau kita memperoleh tunjangan yang berlebihan dari Baitul Mal.”

Mengingat kezuhudan Abu Bakar ini, akhirnya uang tersebut tidak jadi dibelikan bahan manisan, tetapi disetorkan kembali ke Baitul Mal. Dan ia berpesan kepada Abu Ubaidah agar tunjangannya dikurangi sebanyak yang dikumpulkan istrinya setiap harinya.

Tidak saja meninggalkan bisnis perdagangannya, Abu Bakar juga menghemat dengan ketat tunjangan yang ia terima. Bahkan kelebihan yang sedikit dikembalikan kepada Negara.

Sebuah profil pemimpin yang luar biasa. Wujud ketaatan kepada Allah sekaligus hidmat kepada umat.[]