
Oleh : Abid Karbela
“Tidak ada dari satu hari (pun) kecuali laut memohon izin kepada Robb-nya untuk menenggelamkan Bani Adam (manusia), dan Malaikat pun memohon izin kepada-Nya untuk menyegerakan dan membinasakannya, dan Robb Ta’ala berfirman : “Biarkanlah hamba-Ku, maka Aku Maha Tahu tentang mereka.” ( Diriwayatkan dari Hadist Qudsi, dan disebutkan Ibnu al-Qoyyim juga dari riwayatnya di Madarijus-Salikin, Juz I/432-433 )
Belum usai pandemi Covid-19, tahun 2021 dibuka dengan berbagai peristiwa duka di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) mencatat, sebanyak 197 bencana terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak tanggal 1 hingga 23 Januari 2021, mulai dari banjir, longsor, gunung meletus, hingga gempa bumi yang merenggut korban jiwa.
Mayoritas bencana tersebut merupakan bencana hidrometeorologi atau bencana yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi/alam. Sebagaimana dilansir Antara(24/1/2021), bencana banjir paling mendominasi, yakni sebanyak 134 kejadian, disusul tanah longsor 31 kejadian, dan puting beliung sebanyak 24 kejadian. Serangkaian bencana di awal 2021 menyebabkan 184 orang meninggal dunia, lebih dari 2.700 orang mengalami luka-luka, 9 orang dinyatakan hilang, serta sebanyak 1,9 juta orang menderita dan terpaksa mengungsi.
Sejumlah organisasi dan aktivis lingkungan mengatakan selain faktor cuaca dan iklim, penebangan hutan ikut berkontribusi pada bencana banjir dan longsor. “Greenpeace Indonesia”, misalnya, mengatakan kepada ABC Indonesia jika banjir, longsor, dan kebakaran hutan banyak terjadi dalam beberapa tahun terakhir terutama di kawasan yang kondisi hutannya sudah kritis.
Dan Indonesia pun, telah kehilangan jutaan hektare hutan. “Aida Greenbury, juru kampanye dan penasihat ‘zero deforestation’ asal Indonesia yang berbasis di Sydney,” mengatakan banjir di Indonesia menjadi sering terjadi dalam 30 tahun terakhir, termasuk di pulau Kalimantan, karena lahan dan hutan diubah menjadi tambang atau perkebunan kelapa sawit.
Data Global Forest Watch menunjukkan Indonesia kehilangan 324.000 hektare hutan primer, setara dengan 187 megaton emisi karbon dioksida pada 2019. Data tersebut juga menyebutkan total lahan hutan primer yang hilang di Indonesia sebanyak 9,4 juta hektare dalam periode 2001 hingga 2019.
Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono juga menjelaskan, tata kelola lingkungan dan sumber daya alam (SDA) di Kalsel sudah rusak dengan daya tampung dan daya lingkungan yang tidak memadai. Hal ini di dukung dengan data laporan 2020 yang mencatat terdapat 814 lubang tambang di provinsi Kalsel milik 157 perusahaan batu bara yang masih aktif bahkan ditinggal tanpa reklamasi (Lokadata.id, 19/01/2021).
Jelaslah sudah bencana alam yang terjadi telah membuka mata dunia, bukanlah hujan maupun hutan penyebab bencana. Kerakusan dan keserakahan perilaku tangan tangan bejat mencerminkan kedzoliman dari sebuah kebijakan, kedzoliman sebuah sistem tata kelola yang salah dalam mengatur alam dan kehidupan alam semesta. Kesalahan negeri ini dalam mengadopsi pandangan hidup atau ideologi kapitalisme sekuler pengundang bencana dan murka Allah SWT.
Idiologi Kapitalisme sekuler yang menghalalkan para Oligarki perompak alam untuk mengeksploitasi dan memprivatisasi harta kepemilikan umum dengan sebebas-bebasnya. Berbagai praktik yang menyebabkan degradasi ekologi itu sendiri menimbulkan pangkal kemaksiatan yang luar biasa akibat penerapan sistem sekuler, Bahkan Laut pun menunggu izin Sang Pencipta membinasakan keserakahan dan kerakusan sistem kapitalisme.
Kedzoliman hal ini telah jelas pelarangan nya , dari Ibnu Abbas RA berkata sesungguhnya Nabi saw bersabda; “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu.
Saatnya kegelapan dan kehancuran Ummat ini kita selamatkan dengan sistem yang datang dari Sang Khaliq pencipta seluruh jagad raya, agar Allah SWT mendatangkan keberkahan-Nya di muka bumi ini. “Seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. (TQS. al-A’raf; 96)
Dan Kunci mengakhiri segala musibah haruslah dengan mencampakkan penyebabnya yakni ideologi dan sistem kapitalisme-sekularisme. Karena Islam yang agung telah menjadikan falsafah ekonominya berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang pada perintah dan larangan Allah SWT, yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta.