Bagaimana Menyudahi Malapetaka Resesi Ekonomi Dunia Abad Ini ?

Last Updated: 11 Agustus 2022By

Oleh : Agan Salim

Ekonomi Amerika Serikat (AS) secara teknis sudah memasuki resesi, sebab perekonomiannya telah mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Tercatat pada kuartal I 2022 perekonomian Amerika Serikat minus 1,6 persen dan kuartal II 2022 juga terkontraksi 0,9 persen.

Artinya, Amerika Serikat perekonomiannya resesi. Sebagai negara adidaya saat ini, resesi yang terjadi Amerika pasti akan berdampak signifikan terhadap ekonomi dunia bahkan saat ini mulai memicu resesi dunia.

Ini semua bisa terjadi karena Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, zona euro yang terdiri dari 19 negara berada di urutan kedua. Beberapa raksasa ekonomi tergabung di zona euro yakni Jerman, Prancis dan Italia.

Ketika Amerika Serikat dan zona euro mengalami resesi, maka dunia juga terancam mengalami hal yang sama. Di tambah lagi dengan perekonomian China juga mengalami pelambatan signifikan.

Secara teoritis, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan hingga ke level negatif, berlangsung selama dua dua kuartal berturut-turut.  Adapun dampak nyata resesi dapat dilihat dari jumlah pengangguran yang meningkat tajam, produktivitas bisnis turun, dan ditandai dengan bangkrutnya perusahaan-perusahaan yang lemah, serta menurunnya pendapatan masyarakat yang berdampak pada turunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sedang dari sisi pemicu resesi di antaranya adalah turunnya kepercayaan investor dalam berinvestasi akibat risiko yang semakin tinggi, suku bunga yang terus naik tinggi, banyaknya harga komoditas yang tak terkendali karena menjadi objek spekulasi seperti pangan dan energi saat ini.

Kalau kita telisik lebih jauh, semua selalu bermula dari sektor keuangan. Kerapuhan sektor keuangan kapitalistik inilah yang rentan terkena krisis yang berujung resesi. Jadi dapat dipastikan bahwa resesi merupakan persoalan tipikal dalam sistem kapitalisme, ini dapat dibuktikan dengan resesi dunia yang terus berulang.

Fenomena resesi yang terjadi dan terus akan terjadi sebenarnya bisa disudahi kalau saja dunia mau mengganti sistem tata kelola sistem ekonominya dari sistem kapitalistik ke sistem ekonomi Islam.

Karena dalam sistem Islam resesi tidak akan dijumpai. Hal tersebut bisa terjadi karena terdapat beberapa pilar sistem ekonomi Islam yang menutup celah munculnya resesi yang bersumber dari sistem keuangan seperti saat ini.

Sistem ekonomi Islam mengharamkan transaksi riba. Dalam sistem Islam, pinjaman dikategorikan sebagai aktivitas sosial (tabarru’at), yang ditujukan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Islam dalam syaritanya mendorong untuk memberikan penundaan pembayaran dan bahkan penghapusan pinjaman jika yang meminjam mengalami kesulitan. Bahkan pada level negara, Baitul Mal menyediakan pos khusus untuk memberikan bantuan modal bagi pihak yang membutuhkan.

Sistem Ekonomi Islam juga mengharamkan pasar modal, keuangan, komoditas berjangka yang dibangun atas transaksi-transaksi yang bersifat gharar/spekulatif bahkan menjadi sarana perjudian/maysir dan manipulasi keuangan para spekulan.

Sistem Ekonomi Islam menjadikan mata uang emas dan perak sebagai standar moneter. Mata uang yang beredar adalah emas dan perak atau mata uang kertas atau logam yang nilainya ditopang oleh emas dan perak. Dengan demikian kestabilan uang negara ditentukan oleh nilai emas dan perak yang sepanjang sejarahnya sangat stabil. Bukan seperti saat ini dengan fiat money/uang kertas tanpa sandaran riil yang saat ini telah berubah menjadi alat penjajahan ekonomi abad ini.  

Sistem Ekonomi Islam mengharamkan konsep liberalisme ekonomi, termasuk dalam aspek kebebasan kepemilikan dan pasar bebas (free market). Di dalam Islam, konsep kepemilikan diatur secara ringkas dan tegas. Kepemilikan dibagi menjadi kepemilikan swasta, publik dan negara. Barang-barang yang masuk kategori milik publik, seperti minyak, tambang, energi dan listrik hanya boleh dikuasai negara, yang hasilnya didistribusikan kepada rakyat yang menjadi pemiliknya..

Sistem Ekonomi Islam juga mewajibkan penguasa menjamin pemenuhan hak-hak dasar rakyatnya seperti pangan, papan, perumahan, layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan secara gratis. Termasuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat yang menganggur.
Bahkan ketika terjadi kontraksi ekonomi seperti kekeringan, bencana alam, gagal panen maka penguasa tetap wajib menjamin agar kebutuhan dasar rakyatnya. Sesuatu yang kontras dengan sistem kapitalisme yang membiarkan rakyat mereka menggelandang dan mengemis, termasuk di saat ekonomi mereka diterpa resesi.

Sejatinya, negara-negara yang tetap kukuh menerapkan sistem kapitalisme mustahil selamat dari bencana ekonomi yang berujung resesi. Oleh karenya, satu-satunya cara untuk memyudahi terjadinya resesi adalah menerapkan ajaran Islam secara paripurna dalam sebuah sistem pemerintahan yang telah dicontohkan oleh Rasullulah dan diteruskan oleh para sahabat Nabi dan para pemimpin setelahnya. WalLâhu a’lam bis-shawâb