
Abah Salim
Abah, curhat ni…
Sejak wabah ini resmi menyerang negeri +62, sangat terasa kita sudah memasuki era satu tahun stay at home. Ya, 365 hari sudah resmi mendekam di rumah. Jagat bisnis berguncang. Bisnis gak bisa jalan atau bisa jalan tapi tersendat. Parah. Hotel sepi, akhirnya tutup. Rumah makan juga bernasib sama. Konsumen gak berani lagi datang langsung. Bisnis lain juga sama nasibnya. Semua harus pakai internet. Mabuk internet. Omset turun drastis. Sikap pun terlanjur jadi skeptis. Pasrah.
Yg pekerja juga sama. Mendadak nganggur jadi pemandangan hari-hari. Pilihan rasionalnya mudik. Di kampung masih ada harapan! Begitu pikirnya. Tapi tak mudah buat mudik. Transportasi sudah sangat dibatasi. Banyak kota sudah menolak didatangi demi mencegah perluasan wabah ini. Bahkan kabar terakhir, katanya, mudik pun dilarang. Situasi jadi serba runyam. Hari esok pun terbungkam apalagi masa depan, buram.
Di rumah, tugas bertambah. Jadi guru dadakan! Membantu, mendampingi anandanya belajar. Tak pernah mudah menggantikan posisi guru di sekolah. Guru sudah pasti harus bisa sabar. Orangtua? Sudah pusing tujuh keliling dengan bisnis dan pekerjaannya, sekarang ditambah lagi dengan tugas tambahan. Akhirnya 24 jam berkubang di tempat. Di luar hanya masalah yg dilihat. Di rumah juga sama, masalah. Futur. Lama-lama bisa hancur!
Duh Abah, kapan penderitaan ini segera berakhir?
Truly Muslimpreneur,
Pertama, kita harus selalu berharap kepada rahmat Allah! Berbaik sangka kepada-Nya, selalu mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yg beriman, orang-orang yg berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 218)
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yg berbuat baik.” (QS. Al-A’raf : 56)
Dari Watsilah bin Asqa, ia berkata; berbahagialah karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah berfirman: Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan baginya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Kedua, tidak berputus asa dari rahmat Allah. Putus asa (al-qanut dan al-ya’su) adalah lawan dari berharap (roja). Putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya hukumnya haram. Haram !
Dari Habah dan Sawa bin Khalid, keduanya berkata; Kami masuk bertemu dengan Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang menyelesaikan suatu perkara. Kemudian kami berdua membantunya, maka Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu berdua berputus asa dari rizqi selama kepalamu masih bisa bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian Allah memberikan rizqi kepadanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban)
Dari Ibnu Abas, ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah saw.! apa dosa besar itu?” Rasulullah saw. bersabda: Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah.” (HR. Al-Bazar dan Thabrani)
Truly Muslimpreneur,
Jadi super jelas banget. Kita kaum beriman ini punya 2 senjata yg super istimewa, selalu berharap kepada Allah Swt dan tidak pernah putus asa terhadap rahmat Allah Swt! Gak ada yg lebih istimewa dari keduanya. Inilah kekuatan spiritual yg amat dahsyat! Kenapa? Karena senjata ini hanya dimiliki oleh orang yg beriman!
Karena sudah punya dua senjata ini, mestinya kita jangan sampai terperosok di jalan yg salah. Kok bisa? Ya, sebab seperti yg sudah sama kita pahami, sudah jelas wabah ini terjadi karena dosa maksiat yg kita lakukan. Sebagian kita abai dengan makanan yg halal dan haram. Semua dilabrak. Akhirnya dampak wabah juga mengenai mereka yg taat pada syariat. Semuanya kena! Nah sudah begitu, kita tidak juga mau bertobat! Karena ternyata problem solving-nya tetap kembali melanggar syariah. Memanfaatkan situasi untuk menggaruk untung dengan menimbun barang agar harganya naik. Menipu klien dengan barang yg tidak sesuai spek pesanan. Pasang tarif tinggi dengan alasan langka. Sampai meminjam uang lagi dengan akad ribawi, meski dengan alasan kemanusiaan. Duh, memulai masalah dengan maksiat dan menyelesaikan masalah juga tetap dengan maksiat. Problem solving gaya kapitalisme sekulerisme. Naudzubillahi mindzalik. Padahal, sudah amat jelas Allah Swt memberi petunjuk buat kita semua. Takwa dulu, baru kemudian Allah Swt beri problem solving yg hakiki.
“…Barangsiapa yg bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya.” (QS at Thalaq : 2).
Demikianlah salah satu pembelajaran besar dari musibah global ini bagi hidup dan bisnis kita. Musibah ini seharusnya menggugah kesadaran akan panggilan keimanan dan kinerja ketakwaan kita bagi mewujudkan bisnis yg penuh ‘berkat’ (profit yg terus tumbuh dan sinambung), berkah dan pejuang, menjadi bagian dari perjuangan mengembalikan kehidupan Islam. Ya, karena kapitalisme sekulerisme sudah berkali-kali membuat kita terjerembab dalam masalah! Mengapa masih menolak untuk kembali pada Islam yg kaaffah yg telah terbukti memberi rahmat bagi sekalian alam selama 14 abad!
Truly Muslimpreneur,
Yuk berbenah, yuk serius. Seberat apapun tantangan bisnis yg muncul, hanya satu sikap yg muncul, yaitu Hadapi (bukan Hindari). Yap, hadapi dengan penuh optimis pada rahmat Allah dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Allah yg memberikan rizki pada kita, bukan yg lain. Pasti!
Buat pamungkas penyemangat, Baginda Nabi Muhammad SAW telah berwasiat kepada kita semua tentang masa depan dunia ini…
“Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yg memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya.” (HR. Muslim)
“Penduduk langit dan bumi akan puas dengan pemerintahannya dan semacam tanaman akan ditumbuhkan oleh bumi, sehingga yg hidup akan menginginkan agar yg mati dapat kembali dihidupkan.” (HR. At Tabrani dan Abu Nu’aym)
“Tanah ini akan kembali seperti nampan emas yg menumbuhkan tumbuh-tumbuhan…” (HR. Ibn Majah)
Masya Allah. Allahu Akbar !!!
Jadi, masihkah ada alasan untuk tidak semangat dan tidak optimis pada rahmat Allah Swt?
Truly Muslimpreneur,
Ramadhan bulan penuh berkah dan ampunan, semoga menjadikan kita hamba Allah yg selalu berpikir, bersikap dan beramal kehidupan – termasuk dalam amal bisnis kita – dengan dipenuhi ‘berkat’ dan keberkahan. Bisnis yg akan memuliakan kita di dunia dan akhirat. Insya Allah.
Ingatlah selalu : Bisnis, Ngaji, Dakwah ! Berkah…Berkah…Berkah !
Ya Allah Yg Maha Memberi rahmat, limpahkanlah rahmat-Mu. Tuntunlah kami pada ridho-Mu yg maha luas. Lapangkanlah dada kami agar selalu ringan menaati segala perintah-Mu dan selalu ikhlas menerima segala ketetapan-Mu.
Ya Allah, jadikan kami, khususnya pengusaha muslim, orang-orang yg beramal ikhlas untuk menegakkan kembali syariat-Mu yg kaffah. Kokohkan kami di jalan dakwah yg mulia ini. Kembalikanlah kaum Muslimin pada kemuliaannya. kami rindu agar hidup kami kembali dipenuhi keberkahan yg Engkau turunkan dari langit dan bumi…
Allahumma sholli ala Muhammad..
Aamiin Allahumma aamiin..
Barakallahu fikum…
@bah Salim