Ancaman Gagal Bayar Utang Pemerintah As Membahayakan Perekonomian Dunia Dan Bukti Buruknya Kapitalisme

Last Updated: 12 Mei 2023By

Fokus Ekonomi Assalim.id
Oleh: Pujo Nugroho

Assalim.id – Amerika Serikat (AS) lagi-lagi terancam gagal bayar utang (default) lantaran pagu batasan utang yang boleh dikelola pemerintah AS sudah mencapai batas maksimal, yaitu US$31,4 triliun (setara Rp. 474,7 kuadriliun asumsi kurs Rp. 15.700 per dolar AS). Bahkan sejak Januari 2023 lalu.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan Departemen Keuangan akan melakukan manuver-manuver akuntansi khusus untuk mencegah krisis hingga awal Juni.

Setelah langkah-langkah tersebut habis, pilihannya menjadi lebih mengerikan, yang berpotensi menyebabkan penutupan sebagian pemerintah dan penundaan pembayaran pemerintah seperti anggaran Jaminan Sosial dan beberapa kewajiban lain yang jika tidak dipenuhi dampaknya sangat buruk dan luas. Seperti kewajiban bunga utang Diperkirakan hal itu akan terjadi pada Juni 2023 ini.

“Gagal bayar utang akan menjerumuskan negara ke dalam kekacauan ekonomi, keruntuhan, dan bencana, sekaligus memberikan dorongan bagi para pesaing kita seperti China,” kata juru bicara Presiden Joe Biden beberapa waktu lalu.

Mengenal Pagu Batas Utang Pemerintah AS

Pagu batasan utang atau biasa disebut dengan “debt ceiling” adalah batas maksimum jumlah utang yang dapat dikelola oleh pemerintah AS. Batas ini ditetapkan oleh Kongres AS sebagai pengendalian atas pengeluaran pemerintah dan sebagai perlindungan terhadap kemungkinan krisis keuangan.

Dengan adanya batas utang ini, pemerintah harus meminta persetujuan Kongres untuk menaikkan batas utang dan mengeluarkan dana tambahan jika diperlukan.

Mengancam Perekonomian Dunia

Seperti disebut sebelumnya bahwa anggaran utang pemerintah AS salah satunya adalah untuk membayar bunga utang. Jika pemerintah AS mengalami default, yakni gagal membayar bunga utang dan utang surat berharga maka kekacauan ekonomi dunia akan terjadi.

Jika default terjadi, hal itu berarti pemerintah AS tidak mampu membayar kembali utangnya tepat waktu. Karena obligasi adalah instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah AS dan dibeli oleh investor, maka default akan menyebabkan ketidakpercayaan investor pada kemampuan AS untuk membayar utang. Akibatnya, investor akan lebih memilih untuk menjual obligasi mereka, sehingga menyebabkan harga obligasi turun dan suku bunga naik.

Suku bunga yang naik ini akan berdampak luas pada pasar keuangan global, karena obligasi pemerintah AS dianggap sebagai instrumen keamanan yang sangat likuid dan dianggap sebagai patokan suku bunga global. Jika suku bunga obligasi pemerintah AS naik, maka suku bunga pada instrumen keuangan lainnya juga cenderung naik, termasuk suku bunga pada pinjaman bank, hipotek, dan kredit konsumen. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, karena kenaikan suku bunga dapat mengurangi konsumsi dan investasi. Oleh karena itu, default pemerintah AS akan berdampak pada pasar obligasi global dan bisa berdampak luas pada ekonomi global secara keseluruhan.

Kewajiban pemerintah AS di pasar obligasi sangat besar. Pemerintah AS merupakan salah satu penerbit obligasi terbesar di dunia, dengan total utang sekitar $28 triliun pada April 2021. Dalam hal pasar obligasi, pemerintah AS adalah peminjam terbesar di dunia dan dikenal sebagai salah satu peminjam terpercaya di pasar keuangan global.

Mengutip CNBCIndonesia (3/10/2021), pasar obligasi pemerintah AS tidak main-main. Pada 2018, rata-rata nilai perdagangan US Treasury Bonds mencapai US$ 547,8 miliar per hari. Jumlah itu setara dengan Rp 7.841,76 triliun.

Sebagai gambaran, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2020 adalah Rp 15.434,2 triliun. Artinya nilai perdagangan obligasi pemerintah Negeri Paman Sam dalam sehari hampir separuh dari total ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Apa yang akan terjadi jika AS gagal membayar kewajiban kepada para pemegang obligasi tersebut? Tentu sangat mengerikan. Pasar yang nilainya hampir separuh dari perekonomian Indonesia bakal runtuh. Keruntuhan di pasar obligasi akan merambat ke pasar saham, valas, komoditas, dan sebagainya. Pasar keuangan dunia hancur lebur.

Sebagaimana diketahui dalam dunia investasi, dikenal istilah save heaven yakni investasi paling aman dan stabil sekaligus tetap menguntungkan. Di antara save heaven yang paling dikenal adalah dolar AS dan Treasury Bill alias surat utang AS.

Bukan yang Pertama

Pada tahun 2011, pemerintah AS hampir mencapai batas atas pagu utang sebesar $14,3 triliun. Pada saat itu, Kongres setuju untuk meningkatkan plafon utang menjadi $16,4 triliun.

Pada bulan Oktober 2013, pemerintah AS memasuki periode penutupan (shutdown) selama 16 hari ketika Kongres gagal mencapai kesepakatan tentang pagu utang. Pada akhirnya, Kongres setuju untuk meningkatkan plafon utang menjadi $17,2 triliun.

Pada bulan Juli 2019, pemerintah AS mencapai batas atas pagu utang sebesar $22 triliun. Kongres setuju untuk meningkatkan plafon utang menjadi $22,5 triliun.

Pada bulan Agustus 2021, pagu utang pemerintah AS menjadi perdebatan dan pada akhirnya dinaikkan oleh Kongres dari $22 triliun menjadi $28,4 triliun.

Selain disebabkan oleh perbedaan pandangan tentang pengelolaan utang, persoalan ini juga tidak luput dari persoalan politik antara dua partai besar di AS. Terlebih lagi didukung bentuk sistem pemerintahan presidensial, yang mana kekuasaan dibagi antara eksekutif (pemerintah federal) dan legislatif (kongres) dan dua kekuasaan ini dikuasai dua partai yang berbeda.

Problem Kapitalisme

Problem pagu batas utang Pemerintah AS di atas merupakan problem fiskal. Fiskal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran negara serta pengaruhnya terhadap perekonomian. Fiskal juga melibatkan pengelolaan dan pengawasan keuangan publik yang mencakup anggaran pemerintah, pajak, subsidi, dan pengeluaran lainnya.

Dalam konteks pagu utang di atas, fiskal berkaitan dengan kemampuan pemerintah dalam mengatur keuangan negara dengan menjaga keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, sehingga dapat meminimalisisasi defisit anggaran dan menjaga kestabilan ekonomi negara. Jika fiskal tidak diatur dengan baik, dapat menyebabkan masalah keuangan seperti krisis fiskal, defisit anggaran yang tinggi, dan kesulitan untuk membayar utang, seperti yang terjadi dalam persoalan pagu utang pemerintah AS di atas.

Di sinilah problem bawaan kapitalisme yang berakibat problem fiskal. Di mana anggaran dibuat defisit kemudian ditambal dengan utang berbunga.

Sama halnya persoalan ketidakstabilan ekonomi dan dampak buruk pada pasar finansial, termasuk kenaikan suku bunga obligasi, penurunan nilai tukar dolar, dan volatilitas pasar saham. Di mana jika pemerintah AS benar-benar gagal bayar kewajiban finansialnya dan terjadi default, akan dapat menyebabkan kepanikan global di pasar finansial dan memicu krisis ekonomi yang lebih luas. Jelas inilah dampak buruk sistem kapitalisme.

Karena AS menjadi kiblat ekonomi dunia dan liberalisasi ekonomi di negara lain serta saling terkoneksi maka problem di AS menjadi problem global. Saatnya sistem rusak ini untuk ditinggalkan.[]