#19 Tundukkan ‘Bukit Galata’ Kita ! (Jilid 2)

Last Updated: 15 April 2023By

Seri Transformasional Leadership :
Belajar Dari Muhammad Al Fatih, Achieving The Impossible

#19 Tundukkan ‘Bukit Galata’ Kita ! (Jilid 2)

Masih adakah ‘bukit galata’ kekinian yang hinggap pada kebanyakan kita saat ini? ‘Bukit Negatif’ yang harus kita tundukkan untuk bisa Achieving The Impossible! Jawabnya ada ! Masih ada ! Bahkan kadang sering muncul tanpa disadari ! Apa itu ?

• Sulit menerima realita diri dan memandang rendah kemampuan diri sendiri.
• Selalu memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai diri tidak mampu, padahal kita sesungguhnya mampu dan belum mencobanya.
• Tak berani menentukan sikap yang benar secara benar dan karenanya berusaha menunjukkan sikap kompromi, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok/masyarakat.
• Tak berani menyampaikan kebaikan karena menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
• Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif yang berujung pada munculnya sikap pragmatis, lebih baik mengikuti arus sekalipun hal itu bertentangan dengan prinsip dan hukum syara.
• Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil.
• Akhirnya, kita punya external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).

Ketujuh ‘bukit galata’ itu sering ditemukan dalam persoalan yang menghampiri SDM kita. Tidak hanya di rumah, sekolah, kantor, tetapi juga di masyarakat. Tidak hanya di organisasi bisnis, tetapi juga nirbisnis. Bahkan bisa jadi menembus level negara, hingga menjadi kontributor maraknya kasus korupsi, suap dll yang terus mengharu biru negeri ini tak kunjung henti. Waduh!

Data di atas itu sudah muncul setidaknya sejak tahun 1998 lalu dari banyak sumber. Menjadi kesimpulan betapa besar PR yang harus diselesaikan dalam dunia sumberdaya manusia kita. Karena riset berbasis pengalaman penulis memfasilitasi forum motivaksi (motivasi dan aksi) di dalam dan luar negeri sejak 25 tahun lalu itu, menemukan ini semua juga sudah menyergap anak-anak kita sejak level pendidikan SMP dan SMA. Penulis bahkan menemukan fenomena 8 dari 10 siswa SMA di negeri ini tidak tahu untuk apa mereka sekolah! Allah Kariim. Tentu ini kerja berat buat kita semua.

Sementara di saat yang sama, kita juga menghadapi tantangan masa depan yang sangat tidak ringan. Speed & responsive; Creativity innovation; Focus on competition environment; Leadership from everybody; Control by vision and values; Information shared; Proactive; entrepreneurial; Creating tomorrow’s market; Interdependence; Environmental Concerns. Kesepuluh tantangan yang sudah mucul sejak tahun 90-an. Masih terus relevan hingga kini dan masa depan.

Rahasia apalagi gerangan yang dilakukan Al Fatih beserta support system-nya hingga bisa mendidik, membina SDM pasukannya sedemikian rupa hingga bisa menjadi yang terbaik di mata Allah dan RasulNYa? SDM yang tidak hanya terbebas dari ‘bukit galata’, namun juga terbukti syakhsiyyah Islamnya, terkemuka tsaqofah Islamnya, dan teruji kompetensi ilmu kehidupannya hingga akhirnya dilayakkan Allah menjadi yang terbaik dan penuh keberkahan.

Benar, Al Fatih dan support system-nya sangat memahami adanya faktor motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan.

Ada Motivasi fisik-material (quwwah madiyah). Motivasi ini meliputi tubuh dan alat yang diperlukan untuk memenuhi keperluan jasmani. Seperti orang yang lapar didorong oleh kebutuhan untuk makan. Allah SWT telah berfirman dalam QS. An-Nahl : 112, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.”

Ada Motivasi emosional (quwwah ma’nawiyah). Motivasi yang berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki seseorang meskipun tidak permanen. Seperti setelah menonton iklan orang tua asuh, seseorang merasa kasihan pada anak-anak kurang mampu lalu timbul keinginan untuk membantu. Motivasi yang memunculkan empati, simpati dan keinginan.

Terakhir ada Motivasi spiritual (quwwah ruhiyah). Motivasi ini berupa kesadaran seseorang bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah SWT. Dzat yang akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Allah SWT telah berfirman dalam Qs. Al- A’raaf : 172, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

Nah, dari ketiga jenis motivasi itu, hanya motivasi spirituallah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, asalkan sesuai dengan syariat yang diberikanNya. Motivasi yang mampu bertahan secara permanen dalam jangka panjang dan akan terus meningkat sejalan dengan kedekatan manusia dengan Tuhannya, Allah Swt ! Di sinilah kedahsyatan SDM era Al Fatih dengan peradaban Islam sebagai support system-nya mampu terus memproduksi SDM-SDM handal. Bahkan, sesungguhnya sejarah pun mencatat tak hanya di era Al Fatih, namun di sepanjang era peradaban Islam selama 14 abad SDM-SDM handal itu lahir tak hanya dalam bilangan jari, tapi dari generasi ke generasi.

Maka, sekali lagi, belajar dari Al Fatih, kita mesti menghilangkan ketujuh ‘bukit galata’ di depan itu dengan – pertama-tama – menghadirkan motivasi ruhiyah yang kokoh laksana batu karang yang tak akan tumbang meski ombak besar terus menerjang !

Hikmah Bakal Aksi :

Dimilikinya Motivasi Menjadi Salah Satu Syarat Model Kepemimpinan Transformasional ! Motivasi Ruhiyah adalah Motivasi Tertinggi Seorang Muslim !

Tujuh syarat Model Kepemimpinan Transformasional yang mutlak harus dikuasai : (1) Worldview, (2) Nilai-nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4) Dimilikinya pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5) Dimilikinya relasi yang kuat dalam industri dan organisasi, (6) Dimilikinya kemampuan/keahlian kepemimpinan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, pengambilan keputusan, analisis kondisi lingkungan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7) Dimilikinya reputasi dan catatan rekor.

Pak Kar. 11.4.2023
Untuk Sehzade Ali